Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa yang enak-enak itu diharamkan? | KEBERUNTUNGAN DI BALIK AMAL SOLEH

 

Pertanyaan menggelitik dari sahabat-kecil Yuli Permata : “Kenapa yang enak-enak itu diharamkan?”

Pertama-tama kita perlu memahami dulu apa maksud kata “enak”. Kata ini mengandung makna estetika yang sifatnya impersonal. Ada orang atau kelompok orang yang suka makan daging buaya, atau daging kelelawar (di Manado disebut paniki), dan mereka menikmati itu. Mereka yang doyan daging buaya dan paniki akan mengatakan daging itu enak, tetapi secara pendapat umum (common sense) kebanyakan orang tidak doyan daging itu sehingga akan mengatakan tidak enak.

Menilai sesuatu itu “enak” atau “tidak enak” bukan bersifat relatif, melainkan bersifat universal, dengan perkecualian pada orang atau kelompok tertentu. Uraian berikut akan berbicara pada tataran universal (common sense), dan jika Anda tidak sepakat dengannya, berarti Anda termasuk dalam perkecualian itu. Jangan kecil hati. Anda tidak sendirian.

AMAL SOLEH

Bahasan berangkat dari pengertian AMAL. Kata ini diserap dari bahasa Arab yang arti sebenarnya : perbuatan. Maksudnya, semua perbuatan kita adalah amal, bukan hanya perbuatan baik (amal-soleh), tetapi juga termasuk perbuatan jahat (amal-syaiton). Dalam Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 90 Allah SWT berfirman : Wahai sekalian orang yang beriman. Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berqurban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji yang termasuk amal-syaiton. Maka jauhilah amalan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Pada beberapa ayat juga ditegaskan amal-syaiton lainnya, seperti berzina, berbohong, dsb., yang terlampau banyak untuk diulas dalam kolom Note yang terbatas ini.

Perhatikan frasa terakhir dari kutipan ayat Al Qur’an tersebut di atas : agar kamu mendapat keberuntungan. Berarti ada “sesuatu” yang disediakan Tuhan di balik larangan itu, yaitu keberuntungan. Atau menggunakan idiom Yuli : sesuatu yang ENAK. Sesungguhnya Allah Maha Rahman dan Maha Rahim. Allah tidak melarang begitu saja, melainkan mengganti (substitusi) setiap item larangan dengan sesuatu yang lebih baik (lebih enak), yang hanya akan difahami jika kita berfikir menggunakan akal sehat. Setan-lah — karena mengikuti pengaruhnya mengerjakan amal-syaiton — yang mencekoki akal sehat sehingga orang berpikir terbalik : yang enak dikatakan tidak enak.

LARANGAN BERJUDI

Allah melarang berjudi. Tetapi boleh berdagang. Keduanya tidak berbeda. Judi kadang menang kadang kalah. Dagang kadang untung kadang rugi. Orang berjudi kadang bangkrut. Orang dagang kadang failit.

Mengapa dilarang? Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang yang jadi kaya karena judi. Sebab, ini adalah amal-syaiton. Penjudi ulung pun kebanyakan kalah. Kalau menang, timbul sifat serakah, ingin menambah kemenangan semaksimal mungkin, sehingga semua hasil kemenangannya dipertaruhkan kembali. Akibatnya, uang yang sudah terkumpul ludes kembali di meja judi. Pada umumnya orang yang gemar berjudi akan merusak diri dan pada gilirannya akan merusak rumah tangga dan lingkungannya.

Berbeda dengan orang berdagang. Keuntungan dagang relatif kecil tetapi ada berkahnya. Jualan rokok sebungkus untungnya sebatang. Jualan beras sekarung untungnya sekilo. Tetapi banyak pedagang kecil yang berhasil menyekolahkan anak sampai lulus sarjana, dan menjadi orang terpandang di lingkungannya.

Konklusi pertama : Allah melarang berjudi, tetapi membolehkan berdagang. Dan berdagang LEBIH ENAK dibanding berjudi. Yang mengatakan berjudi lebih enak hanya para penjudi.

LARANGAN MINUM MINUMAN KERAS

Orang yang gemar minum minuman keras — misalnya wiski — akan menjadi pemabuk. Kita bisa lihat dalam pergaulan sehari-hari atau di film-film, bagaimana kelakuan orang mabuk. Jalannya sempoyongan, tidak sadarkan diri, muntah-muntah, cenderung berbuat kasar, bahkan terhadap anak-isteri sendiri. Kegiatan produktif yang biasa dilakoninya menjadi terbengkalai, waktunya lebih banyak teler sehingga di satu sisi penghasilan semakin berkurang sedangkan di sisi lain pengeluaran semakin bertambah untuk membeli wiski.

Allah melarang minum wiski. Tetapi boleh minum susu, kopi, teh, dsb. Sekali lagi : dalam Note ini kita menggunakan ukuran common sense. Orang yang masih berpikiran waras pasti akan mengatakan bahwa susu lebih enak dibanding wiski.

Konklusi kedua : Allah melarang minum wiski, tetapi membolehkan minum susu. Dan minum susu LEBIH ENAK dibanding minum wiski. Yang mengatakan wiski lebih enak hanya para pemabuk.

LARANGAN BERZINA

Allah melarang berzina, tetapi menghalalkan menikah. Padahal BERZINA DAN MENIKAH PRAKTEKNYA SAMA SAJA. Iya, kan?

Pengaruh pergaulan bebas telah menyeret manusia ke arah amal-syaiton. Ini bisa terjadi di mana saja, di lingkungan kantor, di lingkungan pendidikan, bahkan di lingkungan pergaulan termasuk pergaulan di dunia maya. Waspadalah! (3x). Dari pertemanan di FB, diikuti dengan copy darat, memindahkan pertemanan dari dunia maya ke dunia nyata. Ini rawan terhadap praktek perzinahan yang dilarang Allah. Jika sudah terlanjur berbuat, muncullah istilah minta tanggung jawab. Siapa yang harus tanggung, dan siapa pula yang harus jawab untuk perbuatan yang dilakukan atas kesepakatan bersama?

Bandingkan dengan menikah. Tidak perlu sembunyi-sembunyi. Direstui keluarga kedua belah pihak. Disaksikan orang banyak. Ketika tamu-tamu bubaran, kedua mempelai masuk kamar. Kalau terdengar bunyi gedubrak-gedubrak … sang mertua tersenyum simpul sambil membayangkan 10 bulan yang akan datang bakal menimang cucu.

Konklusi ketiga : Allah melarang berzina, tetapi membolehkan menikah. Dan menikah LEBIH ENAQ (di sini pake huruf Q) dibanding berzina. Yang mengatakan berzina lebih enak hanya para pezina.

K E S I M P U L A N

Kolom Note ini sangat terbatas,  Dan jika kita masih menggunakan akal sehat — tidak terpengaruh bisikan setan — pasti akan sepakat bahwa apa yang disediakan selaku substitusi oleh Allah SWT, lebih enak dibanding apa yang dilarangNya.

Jadi pertanyaan Yuli : “Kenapa yang enak-enak itu diharamkan?” Jawabnya justru terbalik. Yang nggak enak-lah yang diharamkan Allah, sedangkan yang dihalalkan itu enak semua, bahkan ada yang enaq

copaz from pa’de az ir note

Posting Komentar untuk "Kenapa yang enak-enak itu diharamkan? | KEBERUNTUNGAN DI BALIK AMAL SOLEH"