Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kecintaan pada selain Allah seperti mencintai Allah

Kita bersyukur pada allah subhanahu wata'ala untu duduk bersimpuh di salah satu rumah dari sekian banyak rumah-rumah allah. Sebagai bentuk bersyukur atas nikmat tersebut jangan sampai hilang lepas hidayah taufik itu.
Banyak dari pendahulu kita yang mati dalam keadaan kafir, ada yang hijrah ke habasyah tetapi mati dalam keadaan kafir memeluk agama nashara. Ada juga penulis wahyu yang dia akhirnya kafir dan mati terhina tatkala dia dikubur selalu mayatnya terlempar dan kuburannya terbelah sampai berulang tiga kali.
Itulah contoh orang yang sudah dibawa pada mereka hidayah taufik tetapi membiarkan hidayah itu pergi dari meeka.

Melanjutkan akidah al washitiyah karangan syaikhul islam yang membawakan al baqarah 165. Di antara manusia ada yan menjadikan tandingan di sisi Allah yang mereka  cintai sebagaimana mereka mencintai Allah.. al ayah.
Orang musyrikin itu mencintai ilah ilah mereka
Tentang kahubbillah itu mempunyai makna yyakni seperti dhohir ayat tersebut yakni mereka mencintai ilah mereka atau asnam, mereka mencintainya sebagaimana mencintai allah subhanahu wataala dan mereka menjadikan andad itu sekutu di dalam mahabbah.
Makna kedua adalah kahubbillahi asyadu minal mu'minin dimana kaum mukmin mencintai allah maka mereka ikut mencintai ilah ilah tersebut sebagai tandingannya.

Hakikat ibadah itu adalah cinta itu sendiri, karena seseorang beribadah tanpa cinta maka ibadah itu akan terasa kosong.

Dan orang-orang mukminin itu lebih cinta di dalam kecintaannya kepada allah taala semata karena cintanya tidak terbagi dengan berhala-berhala nya kaum musyrikin.

Ayat ini adalah ayat yang menafikan allah dari tandingan-tandingan sekaligus menunjukkan kesempurnaan allah, bahwa allah tidak butuh tandingan-tandingan.

Posting Komentar untuk "Kecintaan pada selain Allah seperti mencintai Allah"