Kenangan di Rumah Ibu Nanang: Dari Petualangan Wild West hingga Kisah Cinta yang Tak Terlupakan

Pagi itu, tanpa sengaja, pandanganku tertumbuk pada Ibu Nanang. Sudah lama sekali aku tidak melihat beliau. Sosoknya yang ramah itu bagaikan kunci yang membuka sebuah peti kenangan lama, mengantarku langsung ke memori tentang rumahnya yang hangat.

Rumah itu, di masa kecilku, adalah lebih dari sekadar rumah. Ia adalah perpustakaan pribadiku, gerbang menuju dunia-dunia yang jauh dan penuh imajinasi. Aku masih bisa membayangkan dengan jelas sudut ruang itu, di mana aku biasa duduk larut, terbawa halaman demi halaman buku dan novel. Dari sanalah, untuk pertama kalinya, aku mengenal nama-nama suku Indian di Amerika yang terdengar begitu eksotis dan heroik: Suku Sioux, Oglala, dan Comanche.

Petualangan itu kudapatkan terutama dari karya-karya **Dr. Karl May**, penulis Jerman yang legendaris. Serial Amerika pertamanya, **"Winnetou, Ketua Suku Apache"**, menjadi sahabat karibku. Aku belajar tentang keberanian, persahabatan, dan penghormatan pada alam. Aku juga mengenal kata **"Manitou"**, nama untuk Tuhan atau kekuatan spiritual agung yang tinggal di langit, dalam kepercayaan suku-suku asli Amerika. Dunia Winnetou dan Old Shatterhand itu bukan sekadar cerita; ia adalah pendidikan pertamaku tentang perbedaan budaya dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Namun, kilas balik ini tidak berhenti pada petualangan di padang rumput luas Amerika. Ia bergulir lebih dalam, menuju sebuah narasi yang lebih personal dan mengharukan: **sebuah kisah cinta**.

Ibu temanku itu, rupanya, semasa gadisnya adalah seorang pujaan banyak orang. Hatinya, begitu kata cerita yang kudengar, ternyata jatuh kepada ayahku, yang pada masa itu juga masih lajang. Bayangkan, sebuah potensi "kisah cinta" yang bisa mengubah seluruh takdir hidupku! Namun, jalan cerita mereka tidak semulus novel Karl May. **Nenekku, sayangnya, tidak memberikan restu**. Alasan-alasan yang kalaulah mungkin terdengar sepele sekarang, tapi dahulu menjadi tembok besar yang tak teratasi. "Dst de es te," begitu biasanya orang menggambarkan kelanjutan cerita yang berakhir dengan kepasrahan, hingga semuanya selesai dan menjadi kenangan.

Dari sini, aku tersadar. Perjalanan kenangan hari ini ternyata adalah sebuah **"petualangan cinta"** yang unik. Dimulai dari petualangan imajinatif Winnetou di Wild West, ia berbelok masuk ke dalam lorong waktu keluarga sendiri, menceritakan sebuah petualangan cinta yang gagal, sebuah "what if" yang mungkin masih tersimpan rapi di hati kedua orang yang kini telah berjalan di jalannya masing-masing.

Hari ini, Ibu Nanang bukan hanya mengingatkanku pada buku-buku tua, tetapi juga pada sebuah fragmen romansa dalam hidup ayahku, sebuah cerita yang membuatku menyadari bahwa setiap keluarga menyimpan kisah petualangannya sendiri—baik yang tertulis di novel, maupun yang terukir diam-diam dalam kenangan.

Posting Komentar untuk "Kenangan di Rumah Ibu Nanang: Dari Petualangan Wild West hingga Kisah Cinta yang Tak Terlupakan"